Author: Irsyad Rafsadi

Krisis COVID-19 mengancam berbagai segi kehidupan setiap orang. Dampaknya tidak hanya dirasakan terhadap kesehatan tetapi juga terhadap perilaku, sikap, dan norma. Dalam upaya memahami dan menanggulangi krisis ini, muncul banyak pertanyaan riset yang mendesak untuk dijawab. Riset survei dalam hal ini memiliki potensi untuk berkontribusi,...

Penyebaran virus COVID-19 menjadi tantangan bagi semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali kalangan mahasiswa dan peneliti ilmu sosial. Hampir semua kampus kini sudah menghentikan aktivitasnya dan memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Demikian juga, banyak pusat penelitian sosial yang menunda aktivitas risetnya dan bekerja dari rumah. Saat para pekerja...

Kompetisi Esai "Write a Piece for Peace" diselenggarakan dalam rangka mengembangkan bakat tulis-menulis anak-anak muda (siswa dan mahasiswa 16-25 tahun) dan menyediakan ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi berbagai gagasan dan inisiatif terkait toleransi dan binadamai di Indonesia. Mereka didorong untuk menyikapi masalah kekerasan di sekitar...

      Vigilantisme tengah marak di Indonesia. Sana Jaffrey menyelidiki mengapa kapasitas koersif masyarakat semakin menguat dan apa implikasinya. Tiga rentetan unjuk rasa Bela Islam di Jakarta dianggap sebagai tamparan keras terhadap wibawa Presiden Joko Widodo. Selain skala mobilisasi masyarakat di seputar isunya, para pengamat terheran-heran oleh ambivalensi pemerintah menghadapi...

Meski keberadaan milisi marak dalam politik demokrasi, pengaruhnya dalam pilkada di Indonesia diredam logika yang bersaing. Rezim Orde Baru di Indonesia sangat mengandalkan milisi dalam mengendalikan pertikaian dan memerangi pemberontak. Pasca lengsernya Suharto, kelompok-kelompok milisi ini berkembang menjadi aktor penting dalam politik daerah. Saat ini, fungsi keamanan,...

Despite the ubiquitous presence of militias in democratic politics, their influence on local elections in Indonesia is moderated by competing logics. Indonesia’s New Order regime relied extensively on militias to control dissent and fight insurgents. Following Suharto’s fall from power, these groups have emerged as prominent...

Selasa, 6 Oktober 2015, Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, kembali menyelenggarakan Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML). Bertempat di Aula Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, NMML yang ke-9 ini menghadirkan Prof. Chaiwat Satha-Anand, pemikir, aktivis nirkekerasan dan Gurubesar Ilmu Politik Universitas Thammasat, Thailand. Pidato Prof....

Arti Penting Empati dan Trust Kurangnya rasa percaya (trust) masyarakat terhadap polisi di Indonesia adalah salah satu masalah yang masih dihadapi Polri ketika melaksanakan tugas dan ketika bekerjasama dengan masyarakat. Tetapi, polisi juga seringkali tidak percaya kepada masyarakat, tokoh masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat. Pernahkah Anda mendengar warga masyarakat yang berkata, ”Kalau kita melapor ke polisi kehilangan sapi, akhirnya kita akan kehilangan sapi dan kambing”? Dengan kata lain, masyarakat tak percaya bahwa polisi akan melaksanakan tugasnya dengan kompeten. Malahan, masyarakat akan semakin merugi jika berurusan dengan polisi. Pernahkah Anda mendengar anggota Polri yang berujar: ”Warga masyarakat di kota ini mudah sekali terpancing emosinya dan melakukan tindakan main hakim sendiri”? Dengan kata lain, polisi tidak percaya bahwa masyarakat akan bekerja sama dalam penegakan hukum atau memelihara keamanan dan ketertiban. Dari sudut lain, ilustrasi di atas menunjukkan ketiadaan empati (empathy) di kedua belah pihak. Masyarakat kurang memahami polisi beserta tugasnya dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi polisi sehingga polisi menilai masyarakat tidak mendukung. Polisi kurang memahami persoalan anggota masyarakat dan masalah keamanan yang mereka hadapi sehari-hari sehingga masyarakat menilai polisi tidak responsif. Kurangnya kemampuan memahami pihak lain beserta perspektif dan kondisi mereka adalah contoh kelemahan empati. Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, kita perlu memahami kedua kemampuan di atas, yaitu kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Dalam kesempatan ini, kedua kapasitas ini akan dibahas secara mendasar walaupun ringkas.

Minggu lalu, militer India dan Pakistan kembali terlibat kontak senjata di perbatasan Kashmir. Di minggu yang sama, Kailash Satyarthi dan Malala Yousafzai, masing-masing dari India dan Pakistan, dianugerahi Nobel Perdamaian. Penghargaan tersebut diberikan atas kiprah mereka memperjuangkan hak dan pendidikan anak-anak. Nobel perdamaian ini memberi secercah...

Demokrasi yang sehat salah satunya dapat diukur dari bagaimana masyarakatnya menyelesaikan konflik dan pertentangan. Hal ini masih merupakan tantangan besar di Indonesia, di mana konflik masih selalu identik dengan kekerasan. Untuk menopang kebijakan pencegahan dan penanggulangan kekerasan, beberapa tahun ini pemerintah mengembangkan Sistem Nasional Pemantauan...

Pertanyaan tersebut diajukan Syafiq Hasyim, salah satu peneliti senior PUSAD Paramadina, dalam disertasinya, “Council of Indonesian Ulama (MUI) and its Role in the Shariatisation of Indonesia.” Disertasi ini dibahas di kantor PUSAD Paramadina, Senin (15/09), bersama sekitar 20 peserta yang sebagian besar adalah peneliti muda. Husni...

Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), mencatat setidaknya 1.051 orang tewas akibat kekerasan yang terjadi sejak Juni 2013 hingga Mei tahun ini. Jumlah insiden dan korban kekerasan ini amat memprihatinkan. Tak pelak, pemerintah dan kitaa semua harus ambil bagian dalam kampaye nirkekerasan di Indonesia. Target grup paling potensial dalam...

Sumber: TheConversation.com Joko Widodo’s presidency promises a new hope to religious freedom. Even though there are many challenges, he is expected to protect religious freedom better than outgoing Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). During SBY’s tenure, Indonesia saw attacks against religious minority groups such as Ahmadiyah, Shia,...