Mengasah Keterampilan Pemuda Priangan Timur dalam Bina-Damai

Mengasah Keterampilan Pemuda Priangan Timur dalam Bina-Damai

Rida Nurhayati, siswi aliyah Cokroaminoto, Garut, terkesan dengan kemah perdamaian yang diikutinya selama tiga hari. “Banyak materi-materi kampanye kreatif tentang perdamaian yang saya dapat. Saya akan menularkan ide2 ini pada teman-teman di sekolah saya. Senang sekali bisa ketemu dengan banyak teman-teman Priangan Timur.”

Sekitar seratus pemuda berkumpul pada 17-19 Mei 2016. Mereka berasal dari siswa sekolah menengah dan sederajat dari Tasikmalaya, Garut, Pangandaran, Ciamis, dan Banjar, melebur dalam satu kegiatan bersama. Bertempat di Lapangan Perkemahan Gedung Pramuka Mangunreja, Tasikmalaya, mereka menghuni tenda-tenda, mengadakan Kemah Pemuda dengan tema: Membangun Dialog Pemuda untuk Perdamaian.

Pusat Studi Agama dan demokrasi (PUSAD) Paramadina bersama Lingkaran Kajian Agama dan HAM (LKAHAM) Tasik, menjadi fasilitator Kemah Pemuda Priangan Timur ini. Sejumlah acara digelar, seperti diskusi, lokakaya, dan outbound dan lain-lain. Tidak luput juga mengundang sejumlah narasumber lokal dan komunitas kaum muda seperti Pamflet (Jakarta) dan Peace Generation (Bandung) untuk berbagi pengalaman dan kemampuan dalam mempromosikan perdamaian.

Kegiatan ini diselenggarakan untuk: (a) membangun jembatan antar-generasi muda untuk saling mengenal, menghargai, dan menoleransi perbedaan; (b) membangun kepedulian dan kontribusi generasi muda terhadap sesama; (c) membekali keterampilan dialog dengan berbagai kelompok yang berbeda identitas, seperti suku, agama, dan keyakinan di sekitarnya.

Dalam pembukaan acara dimulai dengan diskusi tema Pemuda dan Perdamaian. Diskusi menghadirkan tiga narasumber yaitu Ihsan Ali-Fauzi, direktur PUSAD Paramadina, Acep Zamzam Noer, seniman dan pengurus pesantren Cipasung, dan Asep Muslim, ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya. Para pembicara menyampaikan pandangannya mengenai potensi dan peran kaum muda untuk perdamaian di Indonesia. Acep Zamzam Noer menegaskan agar pemuda bisa memiliki mentalitas kuat untuk tidak mudah menyerah dan terjebak dalam politik uang. Asep Muslim mengajak peserta untuk membuka peluang-peluang diskusi dengan berbagai pihak. Ihsan Ali-Fauzi mengemukakan contoh peran kaum muda dan mendorong agar peserta bisa memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk upaya perdamaian. Paska pemaparan materi, berlangsung sesi tanya jawab yang disambut antusiasme peserta.

Selanjutnya hari kedua diisi sejumlah workshop. Dibagi tiga kelompok di dalam tenda, tenda pertama diisi oleh komunitas Peace Generation dari Bandung yang melatih peserta dalam memanfaatkan gambar dan video untuk perdamaian. Tenda kedua diisi oleh komunitas Pamflet, yang melatih peserta untuk menulis artikel, blog atau puisi sebagai media kampanye dan penyampaian gagasan damai. Tenda ketiga diisi oleh PUSAD Paramadina yang mengangkat isu pentingnya membangun jaringan dalam upaya perdamaian.

Malamnya, setiap kelompok menampilkan pentas seni. Hadir juga komunitas pemusik tradisional Tasikmalaya yang menampilkan seni terbangan yang hampir punah. Alumni pelatihan READY (Respect and Dialogue ) juga menampilkan atraksi Barongsai. Hadir pula kelompok teater didikan alumni READY yang mementaskan teater pendek bertemakan pertemanan. Setelah semua kelompok tampil, peserta dan seluruh panitia berkumpul di lapangan dan mengitari api unggun untuk melakukan refleksi

Hari terakhir diisi dengan kegiatan outbound. Panitia telah menyiapkan tujuh pos yang berisi permainan tim building yang bertujuan untuk melatih kekompakan dan kreatifitas dalam menyelesaikan masalah. Setiap kelompok harus berkompetisi menyelesaikan tujuh pos tersebut sebaik dan secepat mungkin. Paska pengarahan, peserta langsung bergerak untuk menyelesaikan misi yang tersedia.

Kegiatan Kemah Pemuda di Tasikmalaya ini adalah bagian dari program Respect and Dialogue (READY), yang dibentuk untuk memperkuat dialog dan toleransi terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jawa Barat. Di banyak laporan, situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jawa Barat memprihatinkan. Maka dari itu, Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Paramadina, bergabung dalam konsorsium bersama LBH Jakarta, Wahid Institute, Fahmina Cirebon, dan HIVOS Rosea.***