Menulis Opini Perlu Modal

Menulis Opini Perlu Modal

Bagaimana menuangkan pengetahuan, data penelitian, dan teori ke dalam tulisan opini, kolom atau esai? Pertanyaan ini muncul dalam kegiatan coaching clinic pada Jumat 24 Oktober 2014 di kantor PUSAD Paramadina. Untuk menjawabnya, PUSAD mengundang Kelik Nugroho, redaktur Koran Tempo.

Penulis kolom maupun esai, menurut Kelik, membutuhkan paling tidak empat modal. Pertama, kompetensi. Tidak semua orang bisa menulis semua hal. Khusus kepada para penulis pemula, fokus saja menulis di bidang yang digeluti. Dengan begitu, kedalaman gagasan akan tercermin dalam tulisannya itu.

Kedua, struktur tulisan. Penulis harus memiliki kemampuan menulis secara runut, jernih dan jelas. Tidak sedikit, ungkap Kelik, tulisan yang masuk ke meja redaksi tidak dimuat karena tidak runut dan kurang jernih, walaupun penulisnya terkenal. Selain itu, penulis juga dituntut sudah memahami teknis menulis berdasarkan tata bahasa yang berlaku.

Ketiga, kaya referensi. Penulis yang baik, menurut pria lulusan IAIN Sunan Kalijaga ini, adalah pembaca yang baik. Tulisan bermutu membutuhkan data dan ketajaman analisis si empunya tulisan. Redaktur media akan mempertimbangkan tulisan yang gagasannya didukung data yang memadai.

Terakhir, gaul dan ikuti tren. Modal ini bukan dalam arti rajin-rajin main di kafe, atau sering-sering mantengin sosial media. Penulis wajib memiliki kepekaan dalam menangkap persoalan yang sedang dihadapi masyarakat luas. Salah satu tips, papar Kelik, adalah perhatikan halaman muka media massa. Contoh lain adalah tema-tema yang diangkat dalam diskusi atau debat di media televisi semacam Indonesian Lawyer Club.

Keempat modal inilah yang hampir pasti dimiliki penulis hebat. Hanya saja, modal-modal tersebut tidak banyak gunanya jika sang penulis tidak pernah mau melatih diri. Berlatih dan berlatih adalah jembatanya.

Dalam kesempatan ini, Kelik juga menunjukkan beberapa hal lain yang lebih teknis bagaimana menulis yang baik. Pertemuan ini diakhiri dengan dua rencana tindak lanjut. Pertama, satu minggu satu tulisan. Kedua, internal peer review. Setiap tulisan akan dievaluasi sesama penulis bergantian dengan mekanisme tanpa nama.

Penulis: Husni Mubarok