Pemuda Perdamaian

Pemuda Perdamaian

Anak muda itu seperti magma. Maksudnya  sebagai  berikut. Magma yang dikandung di perut bumi bisa membahayakan nyawa makhluk hidup jika sebuah gunung memuntahkannya dan menghujani mereka yang ada di sekitar gunung berapi tersebut. Magma yang sama juga bisa memberikan manfaat yang besar bagi kesuburan tanah. llustrasi bencana dan manfaat yang berasal dari magma ini melukiskan kekuatan besar yang dimiliki oleh pemuda–ia mengandung faedah dan juga bahaya.

Dikatakan faedah memang benar kenyataannya seperti itu. Masih ingat dengan peristiwa reformasi 1998 di Jakarta? Hampir semua orang yang berani protes damai di jalan-jalan, termasuk mereka yang menduduki gedung DPR/MPR, menentang rejim otoriter Soeharto menguasai Indonesia kembali adalah anak-anak muda. Potret sejarah ini baru sebagian kecil yang membuktikan bahwa anak muda memberikan kontribusi positif dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik. Kegiatan­ kegiatan positif pemuda yang tidak terekam kamera televisi tak terhitung jumlahnya.

Sebaliknya,  kekuatan pemuda juga bisa berujung pada bahaya. Siapa yang paling sering terlibat tawuran (apa pun macamnya)? Siapa yang paling emosional ketika tersenggol goyangan dangdut orang lain di arena konser dangdut dan kemudian memicu baku pukul? Siapa yang direkrut kelompok teroris? Semua jari akan menunjuk pada pemuda. Anak muda itu tidak lebih dari pembuat onar, seseorang yang gampang emosional, seseorang yang punya nyali, atau seseorang yang mudah diperdayai karena idealismenya yang tinggi dan energinya yang besar.

Hasil temuan riset kerjasama  UNDP, BAPPENAS, PSKP UGM, LabSosio UI, dan UPI (2005) menunjukkan bahwa 40% dari kekekerasan kelompok di Indonesia yang berakhir dengan kematian sejak 1990 dipicu oleh insiden perkelahian antar­pemuda. Informasi penting lainnya juga menyebutkan bahwa mereka yang menjadi pelaku bom bunuh diri dalam aksi terorisme adalah terutama anak-anak muda yang punya nyali, berpendidikan, dan dari latar belakang keluarga bermacam-macam, termasuk keluarga yang “normal”. Dalam sejarah terorisme di Indonesia, tidak ada pelaku bom bunuh diri seorang tua renta; selalu anak muda.

Kata Bung Karno (1945-1966): “Berikan aku SERIBU ORANG TUA, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku SATU PEMUDA, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Begitu dasyatnya kekuatan anak muda, positif maupun negatif, telah terbukti dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejauh ini. Kedua sisi kekuatan itu telah sama-sama kita saksikan dampaknya, dan yang demikian itu menjadi sesuatu yang perlu kita pikirkan bersama apa jadinya negeri ini di tangan kekuatan anak-anak muda yang mendukung kekerasan daripada perdamaian. Oleh karenanya, tak ada jalan lain selain sebaik-baiknya memberdayakan akal dan energi mereka – seperti sebaik-baiknya orang tua membesarkan anaknya – demi membangun Indonesia yang damai.

Titik Firawati

Researcher
Program on Peace Building and Violent Radicalism
Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada
Sumber: http://iis.fisipol.ugm.ac.id
November 2012 |  Volume 12 | Issue 1

[wpfilebase tag=file id=85 /]