Dialog Toleransi: Naga Di Serambi Masjid Ciamis

Dialog Toleransi: Naga Di Serambi Masjid Ciamis

Banyak pihak yang mesti berpartisipasi dalam rangka mewujudkan kerukunan dan toleransi keberagamaan. Utamanya pemuka setiap agama berperan penting dalam membangun tujuan yang sama jika ingin mewujudkan kerukunan dan toleransi. Permasalahan tersebut menjadi pokok pembahasan dalam dialog “Pentingnya Toleransi dalam kehidupan beragama sebagai pemersatu bangsa” yang diselenggarakan oleh alumni pelatihan Ready (respect and dialogue) Ciamis. Selain para pemuda, diskusi mengundang perwakilan dari berbagai kelompok pemuka agama di Kabupaten Ciamis (29/6/16).

Bagaimana menjalin komunikasi agar terwujudnya toleransi? Bagaimana pengaruh agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Dan bagaimana menghindari konflik antar umat beragama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengemuka dalam dialog yang digelar di aula PCNU Ciamis.

“Kerukunan Umat beragama adalah keniscayaan yang harus diwujudkan. Kita semua sebagai generasi muda harus ikut mewujudakn kerukunan tersebut. Tidak hanya di kalangan muslim saja, akan tetapi semua kalangan beragama harus mempunyai keinginan yang sama”, ungkap Dr. Sumadi, narasumber yang juga salah satu pengurus Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB) Kabupaten Ciamis.

Kehidupan sosial antara berbagai umat beragama kerap diulas oleh Sumardi. Antara lain lewat tulisan berjudul “Naga Di Serambi Masjid”, membahas kehidupan sosial antara berbagai umat beragama yang saling berdampingan, yakni Gereja Santo Yohanes, Masjid Al-Mujahidin, dan Kelenteng Kon Tek Bio. Potret kerukunan tiga agama tersebut tergambar di pusat kota Ciamis.

Di akhir paparan, Sumadi mengajak para peserta untuk melakukan diskusi tentang materi yang disampaikan. Dalam tanggapan salah satu peserta diskusi menilai bahwa toleransi di Ciamis itu kurang baik, khususnya terhadap agama minoritas. Menanggapi anggapan tersebut, Sumadi menyarankan bahwa anggapan tersebut harus disertai dengan data-data yang nyata. Jangan sampai anggapan tersebut malah menjadi pemicu adanya konflik antar umat beragama.

Meskipun berdasar hasil sejumlah lembaga riset menunjukkan situasi toleransi di Jawa Barat memprihatinkan, para peserta setuju bahwa perbedaan keberagamaan tidak menjadi pengahalang untuk hidup rukun dan saling membantu antar umat beragama. Contoh nyata kerukunan antar umat beragama dipraktikkan dalam “Naga Di Serambi Masjid”.***

Penulis: Yusep Ahmad