Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya bagi Demokrasi

Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya bagi Demokrasi

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, baru saja menerbitkan Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya bagi Demokrasi, terjemahan buku Cherian George, gurubesar studi-studi media pada Departemen Jurnalisme, Hong Kong Baptist University. Edisi aslinya diterbitkan MIT Press pada 2016.

Kami menerjemahkan buku itu karena menilai relevansi tesis-tesisnya dengan situasi Indonesia mutakhir. Istilah “pelintiran kebencian” (hate spin) digunakan George untuk menunjuk kepada teknik berpolitik bermata-dua yang mengombinasikan ujaran kebencian (hasutan melalui tindak menyetankan kelompok lain) dengan rekayasa ketersinggungan (menampilkan kemarahan yang dibuat-buat), yang digunakan untuk menyerang lawan politik. Dengan berpura-pura merasa tersinggung, satu pihak menyudutkan lawan politik yang dinisbatkan secara sepihak sebagai sumber ketersinggungan, membakar amarah massa untuk ikut tersinggung, bahkan menggalang kekerasan massa untuk menyerang korban.

Di negara seperti Indonesia yang tingkat keberagamaannya tinggi, agama adalah sumber paling ampuh untuk membakar amarah massa. Ada klaim kemutlakan di sana, menjanjikan surga atau neraka, menjadi sumber emosi yang sangat bisa diandalkan. Kata Sidney Tarrow, seperti dikutip George, “Agama menawarkan simbol-simbol yang sudah siap-pakai, ritual, dan solidaritas yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh para pemimpin gerakan.”

Dalam edisi asli bukunya, George menunjukkan bagaimana unsur-unsur di atas bekerja dalam politik India, Indonesia, dan Amerika Serikat. Menurut kami, penjelasan ini banyak gunanya untuk menerangkan peristiwa Pilkada DKI Jakarta dan kemenangan Donald Trump di AS.

Kita bersama-sama perlu melanjutkan diskusi di atas dengan membaca lebih teliti buku ini dan membahas saran-saran pencegahannya – dalam konteks kita. Apalagi kita sebentar lagi masuk “tahun politik” dan beberapa pihak sudah menyatakan akan kembali memainkan pelintiran kebencian.