[Ringkasan Artikel RISOS #7] Pengarusutamaan Islam di Indonesia: Televisi, Identitas dan Kelas Menengah 🗓

[Ringkasan Artikel RISOS #7] Pengarusutamaan Islam di Indonesia: Televisi, Identitas dan Kelas Menengah 🗓

Pengarusutamaan Islam di Indonesia: Televisi, Identitas dan Kelas Menengah
Jumat, 29 Juli 2022, 14:00-16:00 WIB

Judul: Pengarusutamaan Islam di Indoenesia: Televisi, Identitas dan Kelas Menengah
Penulis: Inaya Rakhmani
Penerbit: Mizan (2022)
Tebal: 269 halaman

Buku ini menyoroti kaitan yang tidak segera tampak antara Islam dan komersialisasi di Indonesia, negara yang mengalami kebangkitan Islamisasi di tengah kehidupan demokrasi yang baru. Pandangan bahwa ‘Islam kultural’ Indonesia yang sejak 1960-an dianggap sebagai alternatif dari Islam politik yang keras seperti di negara-negara Muslim di Timur Tengah mulai buyar di awal tahun 2000-an. Aksi teror seperti yang terjadi di Bali pada 2001 dan kedutaan besar Australia pada 2004 mematahkan pandangan tersebut dan membuat pengamat heran, apalagi hal ini diikuti dengan kemunculan kelas menengah dan meningkatnya ekspresi Islam di sektor-sektor yang sebelumnya sekuler seperti sektor hukum, keuangan, properti, informasi dan hiburan.

Penulis menilai perkembangan khas di masyarakat Muslim Indonesia tersebut mengungkapkan hubungan yang lebih jelas antara liberalisasi ekonomi dan meningkatnya Islamisme sejak 1990-an yang sama-sama berperan dalam menjatuhkan rezim otoriter orde baru. Penulis juga membahas bagaimana media, dalam hal ini televisi, berelasi dengan identitas penonton. Buku ini
berusaha mengurai seluk beluk ‘Islamisme’ dengan mengkaji hubungan antara televisi dan kelas menengah atas di Indonesia. Islamisme perlu dipahami dengan mempertimbangkan konteks masyarakat demokratis majemuk yang menjadi tempat tumbuhnya ‘Islamisme’ akhir-akhir ini. Seperti kata penulisnya, argumen buku
ini cukup sederhana: “Ia menyoal peran media dalam perubahan sosial, dan bagaimana media kadang justru menghambat perubahan.”

Bab pertama buku ini mengulas bagaimana infratruktur pertelevisian Indonesia yang terpusat menunjukkan adanya masih adanya kroniisme dan changing continuities pada tahun 2000-an yang disebut-sebut sebagai era demokratis. Peran masyarakat sipil yang mulai menggeliat dalam proses demokratisasi penyiaran dapat dilawan oleh reorganisasi konglomerat televisi yang saling bekerja sama dengan partai-partai politik. Bab kedua buku ini membahas bagaimana ‘Islamisme’ yang tengah meningkat berhasil dikomersialisasi oleh televisi swasta. Dengan mengkaji beragam konten televisi seperti acara dakwah, kompetisi dakwah, hingga sinteron religi, bab ini menunjukkan bahwa meningkatnya visibilitas ekspresi Islam dalam media nasional
merupakan gejala dari peruabahan sosial yang lebih umum di masyarakat Indonesia.

Bab-bab selanjutnya kemudian membahas dengan lebih dalam bagaimana sinetron religi, sebagai program acara dengan rating paling tinggi berperan penting dalam mengarusutamakan Islam ke dalam budaya populer pasca rezim otoriter Orde Baru. Sinetron religi juga kemudian digunakan untuk mengkomodifikasi jenis kesalehan Islam tertentu yang menghindari kritik organisasi-organisai Muslim yang vokal di Indonesia. Lebih spesifik lagi, Islam macam apa yang boleh mendapatkan ruang di televisi komersil di Indonesia. Termasuk bagaimana Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengakomodasi protes publik terhadap acara televisi Islam yang dianggap tidak sesuai dengan tafsiran arus utama di Indonesia.

Dengan menganalisis studi-studi kasus di banyak wilayah di Indonesia, buku ini menunjukkan bahwa televisi telah mendemokratisasikan hubungan ulama/ustad dengan jamaah (umat Islam kebanyakan). Secara khusus, ditilik pula bagaimana kelas menengah memberi dampak terhadap dakwah komersial dan media, serta bagaimana terjadi simbiosis mutualisme antara kecemasan kelas menengah Muslim dan kekuatan pasar. ***

Scheduled ical Google outlook Artikel Jurnal